Pages

Tuesday, April 10, 2018

Pentingnya Menyiapkan Uang Receh Untuk Kembalian



Tentu sudah lazim jika berbelanja di warung atau toko bahkan supermarket, saat membayar dengan uang cukup besar nominalnya, konsumen meminta uang kembalian. Namun, tak jarang saat belanja di warung, seringkali uang kembalian itu tidak ada. Tentu cukup merepotkan ya. Setelah ditanya penjual," Ada uang yang pas nggak? Kembaliannya nggak ada.


"Njuk aku kudu piye jal?"

Tentu rasanya nggondhok sekali. Bukan salah Bunda mengandung, eh salah pembeli jika tidak punya uang yang pas. Seharusnya pemilik toko atau warung sudah prepare dengan uang kembalian. Pun, tidak seharusnya supermarket besar menukar uang kembalian yang dianggap receh dengan permen atau menawarkan untuk donasi saja. Bukan masalah nominalnya sebenarnya. Kalau niat beli permen mah, gampang saja. Atau kalau mau donasi, tanpa disuruh pun setiap orang sudah punya kesadaran itu. Tapi, meminta uang kembalian adalah hak konsumen. Dan konsumen berhak menolak untuk ditukar dengan permen atau donasi.

Saya punya pengalaman saat membeli makanan di suatu warung kuliner. Harga beli sekitar lima belas ribu, saya membayar dengan uang lima puluh ribu rupiah. Biasanya, saya lebih suka membayar dengan uang pas, tapi kok ndilalah saat itu saya lupa membawa uang kecil. Maka saya berikan itu uang lima puluh ribu rupiah. Apa yang terjadi? Pemilik warung mengaku tidak punya uang kembalian. Saat itu masih pagi, mungkin bisa dimaklumi belum banyak pembeli sehingga belum ada uang yang terkumpul. Tapi apa iya tidak punya simpanan uang kecil untuk kembalian? Haduh.

Lokasi warung itu di deretan rumah-rumah. Bukan khusus daerah kuliner. Maka pemilik warung itu pun bergegas pergi ke toko kelontong yang lumayan jaraknya dari warung untuk menukarkan uang lima puluh ribu tadi. Dan saya diam menunggu. Ada mungkin sekitar lima belas menit. Karena pemilik warung berjalan kaki untuk menukarkan uangnya. Sungguh, sangat merepotkan bukan? Untung saya lagi nggak buru-buru jadi tak masalah saya menunggu uang kembaliannnya. Bagaimana jika kondisinya saya buru-buru dan makanan yang saya beli sedang ditunggu untuk sarapan anak saya yang mau berangkat sekolah? Telat sudah.

Kembali ke uang receh. Memang, saat ini keberadaan uang receh mulai 100, 200 atau 500 rupiah mulai langka. Bahkan saya pernah membayar dengan uang receh saat naik bus kota, uang itu langsung dilempar begitu saja oleh kenek. Duh, sangat tidak menghargai uang. Bukankah 100 ribu tanpa 100 rupiah tidak akan genap menjadi 100 ribu? Namun kebanyakan dari kita menganggap remeh uang receh. Kenapa harus dibuat jika uang receh malah jadi obyek lemparan bagi orang yang tidak menghargainya? Hm..

Maka dari itu, penting bagi saya dan suami yang menjalankan usaha toko ban di rumah, untuk prepare soal uang kembalian itu. Setiap hari, kami menyiapkan uang lima puluh, dua puluh, sepuluh ribu, lima ribu, dua ribu, seribu, lima ratus bahkan dua ratus dan seratus rupiah. Kami menyediakannya untuk uang kembalian. Tak peduli kami harus mendapatkan uang receh itu dengan menukar uang di pom bensin atau kepada bendahara yang biasa menghitung uang kecil di suatu organisasi. Suami yang juga bos saya bisa marah jika di toko kehabisan uang kembalian. Yup, bagi kami memberikan uang kembalian sesuai hak konsumen adalah bagian dari service. Kami tak ingin pembeli kecewa karena masalah uang kembalian ini. Pun, kami tak ingin customer menunggu penjual menukarkan uang ke toko sebelah. Wasting time.

Nah, kalau menurut Anda, penting nggak sih menyediakan uang kecil sebagai kembalian?

Selamat berbisnis!:)

No comments:

Post a Comment